Asmaul Husna Al Malik - Raja yang merajai
Al Malik الملك adalah SifatNya Dzat Allah Yang Memiliki Mutlak sifat Merajai/Memerintah seluruh alam. Jadi yang memerintah di seluruh alam ini walaupun ia sangat berkuasa adalah tetap mutlak milik Allah semata. Semua keuasaan akan tunduk kepada Rabb yang mulia.
QS Al Mukminuun : 116
"Sesungguhnya Allah ta'ala adalah Pemilik Sifat-sifat yang tinggi lagi Pemilik Kerajaan yang sebenarnya, Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan sebenarnya melainkan Dia. Dia-lah yang memilki Arsy yang Mulia".
Milik-Nya seluruh alam, yang di atas (langit) dan yang di bawah (bumi), semua adalah hamba dan sangat berhajat kepada-Nya.
Allah yang memiliki kekuasaan penuh, kekuasaan mutlak, tidak ada kekuasaan apapun yang menghalangi kekuasaan-Nya. Untuk menjadi yang berkuasa Allah tidak membutuhkan bantuan siapa pun, tidak membutuhkan sekutu dari mana pun.
Mari sejenak kita memahami sebagian ayat dari surat Al-Fatiha [1]
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ | الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم | مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. QS. Al-Fatiha [1] : 2-4
Dalam surat pembuka ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala mendeklarasikan bahwa ia adalah “Tuhan” (Illah) untuk segenap Alam. Kekuasaannya tidak hanya dibumi tapi semua di jagat alam raya ini. Tidak hanya di alam manusia tapi sampai pada Alam Ruh, alam dimana kita tidak bisa menembusnya. Tapi Allah tidak hanya menembusnya tapi juga menjadi penguasa (Illah) di alam itu. i jagat alam raya ini.
Allah juga tidak hanya menguasai alam semesta tapi juga memberikan kasih sayangnya kepada semua makhluk. Tidak ada yang luput dari kucuran kasih sayangnya. Dari makhluk hidup yang paling besar sampai makhluk hidup yang paling kecil. Begitu juga dengan manusia dari manusia yang paling buruk sampai manusia yang paling baik, tetap Allah beri limpahan kasih sayangnya. Hanya rahmat Allah yang akan berikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal kebaikan.
Setelah bumi ini berakhir. Kehidupan ini berakhir. Maka Allah juga berkuasa pada hari pembalasan. Hari dimana semua perbuatan manusia ditimbang dan dinilai. Kemudian diberikan balasan. Bagi yang berbuat buruk maka akan dibalas dengan siksaan. Bagi yang berbuat baik maka akan dibalas dengan kenikmatan (Surga).
Tidak ada satu kekuatan apapun yang akan menghalangi balasan Allah. Sebesar apapun kekuasaan dan pengaruh manusia tetap Allah akan membalas perbuatan manusia selama hidup di alam dunia.
Demikianlah kekuasaan Allah yang terkandung dalam surat Al-Fatiha diatas. Begitu besar kekuasaan Allah.
Allah juga tidak hanya menguasai alam semesta tapi juga memberikan kasih sayangnya kepada semua makhluk. Tidak ada yang luput dari kucuran kasih sayangnya. Dari makhluk hidup yang paling besar sampai makhluk hidup yang paling kecil. Begitu juga dengan manusia dari manusia yang paling buruk sampai manusia yang paling baik, tetap Allah beri limpahan kasih sayangnya. Hanya rahmat Allah yang akan berikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal kebaikan.
Setelah bumi ini berakhir. Kehidupan ini berakhir. Maka Allah juga berkuasa pada hari pembalasan. Hari dimana semua perbuatan manusia ditimbang dan dinilai. Kemudian diberikan balasan. Bagi yang berbuat buruk maka akan dibalas dengan siksaan. Bagi yang berbuat baik maka akan dibalas dengan kenikmatan (Surga).
Tidak ada satu kekuatan apapun yang akan menghalangi balasan Allah. Sebesar apapun kekuasaan dan pengaruh manusia tetap Allah akan membalas perbuatan manusia selama hidup di alam dunia.
Demikianlah kekuasaan Allah yang terkandung dalam surat Al-Fatiha diatas. Begitu besar kekuasaan Allah.
3 Hal Penting yang berkaitan dengan Kekuasaan Allah
1. Allah SWT Menguasai Sepenuhnya
Kekuasaan Allah mutlak. Tidak ada lagi kekuasaan diatas itu. Kekuasaan Allah seperti digambarkan dalam surat Al-Mu’minun [23] di bawah ini.
ُلْ مَن بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Katakanlah: “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?”
QS. Al-Mu’minun [23] : 88
Ayat ini menggambarkan betapa kekuasaan manusia sangat terbatas. Siapa yang akan melindungi dari adzab Allah? Mestinya dengan ayat ini manusia sudah mengetahui bahwa hanya Allah lah yang berkuasa. Tapi banyak manusia yang lupa akan hal ini
Dalam hadits Arbain Nawawi yang ke 24 yang penulis sampaikan beberapa waktu lalu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan sebagai berikut;
Dalam hadits Arbain Nawawi yang ke 24 yang penulis sampaikan beberapa waktu lalu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan sebagai berikut;
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً
Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu tidak mengurangi kerajaan-Ku sedikit pun juga. HR. Muslim. No. 2577
Jadi jelas bahwa apapun kondisi manusia di dunia, baik itu manusia berbuat baik atau sebaliknya berbuat buruk (durhaka) semuanya, sama sekali tidak akan mempengaruhi kekuasaan Allah. Allah tetap yang maha kuasa. Maha merajai segalanya.
Sebaliknya manusia. Ketika manusia berkuasa maka kekuasaan itu diraih dengan berbagai macam cara. Tanpa dukungan dari sekutunya manusia tidak akan mampu berkuasa.
Tanpa kendaraan yang dibuat pabrik kendaraan manusia tidak akan pergi kemanapun dengan cepat. Jelaslah kekuasaan manusia sangat tergantung kepada orang lain.
Begitu juga ketika kekuasaan Allah terlihat ketika sebagian orang dan raja yang paling gagah pada masanya Namrudz bin Kanʻān (Nimrod – 2275 SM – 1943 SM) hendak mencelakai Nabi Ibrahim Alaihi Salam. Nabi Ibrahim dibakar untuk membuktikan Tuhan (Illah) Nabi Ibrahim. Maka dalam surat Al-Anbiya [21] tergambar sebagai berikut;
Sebaliknya manusia. Ketika manusia berkuasa maka kekuasaan itu diraih dengan berbagai macam cara. Tanpa dukungan dari sekutunya manusia tidak akan mampu berkuasa.
Tanpa kendaraan yang dibuat pabrik kendaraan manusia tidak akan pergi kemanapun dengan cepat. Jelaslah kekuasaan manusia sangat tergantung kepada orang lain.
Begitu juga ketika kekuasaan Allah terlihat ketika sebagian orang dan raja yang paling gagah pada masanya Namrudz bin Kanʻān (Nimrod – 2275 SM – 1943 SM) hendak mencelakai Nabi Ibrahim Alaihi Salam. Nabi Ibrahim dibakar untuk membuktikan Tuhan (Illah) Nabi Ibrahim. Maka dalam surat Al-Anbiya [21] tergambar sebagai berikut;
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”,
QS. Al-Anbiya [21] : 69
Api yang konon katanya baru bisa padam setelah 40 hari tidak mampu melukai Nabi Ibrahim, bahkan Api yang amat besar itu menjadi sejuk. Tidak terasa panas sama sekali.
Sebaliknya jika Allah menghendaki sesuatu “Jadi”, maka jadilah sesuatu itu atas kehendak Allah. Hal itu digambarkan dalam surat Yasiin [36]
Sebaliknya jika Allah menghendaki sesuatu “Jadi”, maka jadilah sesuatu itu atas kehendak Allah. Hal itu digambarkan dalam surat Yasiin [36]
نَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hannyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. QS. Yasiin [36] : 82
Sebagai seorang muslim hendaknya kita meyakini betul atas hal ini. Meyakini dengan sedalam-dalamnya bahwa Allah maha kuasa. Kekuasaan-Nya mutlak tidak terpengaruhi oleh sesuatu apapun.
2. Semua Milik Allah SWT
Jika Allah maha menguasai itu artinya semua yang ada dibumi ini hanya milik Allah. Tidak ada hak satu pun yang dimiliki manusia, baik itu kepandaian, harta, jabatan, kesehatan, anak-anak, istri dan seterusnya. Semuanya miliki Allah. Jika Allah mau mengambil hak sehatnya kepada seseorang maka Allah akan dengan mudah Ia sakit. Begitu juga dengan jabatan yang ia emban. Jika Allah mengambil jabatan yang diembannya, maka ketika itu juga tidak memiliki jabatan apapun. Begitu juga dengan harta. Harta seseorang bisa kapan saja diambil.
Pendek kata manusia di dunia ini hanya di beri satu hak, yaitu “hak guna” saja. Tidak untuk memiliki apapun di dunia ini. Istri cantik, akhirnya juga akan ditinggalkan. Harta banyak akhirnya juga akan ditinggalkan. Atau bahkan akan hilang atau meninggalkan padahal sedang sangat membutuhkan.
Semestinya titipan yang Allah percayakan kepada kita di dunia menjadi alat untuk beribadah kepada Allah sehingga mampu beramal lebih banyak dengan apa yang Allah titipkan kepada kita. Selanjutnya amal itu dapat dikonversi menjadi pahala kebaikan yang akan berfungsi di akhirat kelak.
Dalam Hadits Arbain No. 26 kita mendapatkan gambaran bahwa apapun yang kita miliki bisa menjadi potensi amal baik, meski itu hanya sebatas menyingkirkan duri dari jalan. Maka gunakanlah pemberian Allah Subhanahuwatalla dengan sebaik-baiknya sebelum diambil kembali oleh Allah.
Pendek kata manusia di dunia ini hanya di beri satu hak, yaitu “hak guna” saja. Tidak untuk memiliki apapun di dunia ini. Istri cantik, akhirnya juga akan ditinggalkan. Harta banyak akhirnya juga akan ditinggalkan. Atau bahkan akan hilang atau meninggalkan padahal sedang sangat membutuhkan.
Semestinya titipan yang Allah percayakan kepada kita di dunia menjadi alat untuk beribadah kepada Allah sehingga mampu beramal lebih banyak dengan apa yang Allah titipkan kepada kita. Selanjutnya amal itu dapat dikonversi menjadi pahala kebaikan yang akan berfungsi di akhirat kelak.
Dalam Hadits Arbain No. 26 kita mendapatkan gambaran bahwa apapun yang kita miliki bisa menjadi potensi amal baik, meski itu hanya sebatas menyingkirkan duri dari jalan. Maka gunakanlah pemberian Allah Subhanahuwatalla dengan sebaik-baiknya sebelum diambil kembali oleh Allah.
Hadits Arbain yang ke 26 itu berbunyi sebagai berikut;
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلُّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraannya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju Shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah. HR. Bukhari. 2989
Maka sudah jelas bahwa hanya yang beramal salehlah yang akan mendapatkan balasan surga Allah Subhanahuwatalla seperti yang tergambar dalam surat z-Zukhraf [43].
Maka sudah jelas bahwa hanya yang beramal salehlah yang akan mendapatkan balasan surga Allah Subhanahuwatalla seperti yang tergambar dalam surat z-Zukhraf [43].
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. QS. Az-Zukhraf [43] : 72
3. Keagungan dan Kesucian Allah SWT
Kekuasaan Allah yang maha luas tidak luput dari para malaikat. Malaikat mengetahui dengan jelas kekuasaan dan kesucian Allah. Tidak ada waktu yang terlewatkan dari malaikat yang ditempatkan baik di bumi ataupun di langit semua bertasbih. Seperti yang tergambar dalam surat Attagaabun [64]
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۖ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. Attagaabun [64] : 1
Manusia yang terus terpaut hatinya dengan Allah Subhanahuwatalla selalu akan mengingat Allah apapun kondisinya. Baik ketika berdiri, duduk atau berbaring
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. QS. Al-Imran [3]:191
Janji Allah jika manusia senantiasa mengingat Allah, maka Allah akan mengingat-Nya pula. Seperti yang tergambar dalam surat Al-Baqarah [2].
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. QS. Al-Baqarah [2]:152
Berikut adalah dzikir yang khusus mensucikan nama Allah. Dzikir ini. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
كَلِمَتَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ ، خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
Dua kalimat yang dicintai oleh Ar Rahman (Allah Subhanahu Wa Ta’ala), ringan diucapkan di lisan, namun berat dalam timbangan yaitu Subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil ‘azhim (Maha Suci Allah, segala pujian untuk-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Mulia). HR. Bukhari. No. 7563
Sebuah ucapan/ Lapadz dzikir yang ringan untuk dibacakan namun besar pahalanya dan sangat disukai oleh Arrahman Allah yang Maha Pemurah. Dzikir itu seperti dibawah ini.
Sebuah ucapan/ Lapadz dzikir yang ringan untuk dibacakan namun besar pahalanya dan sangat disukai oleh Arrahman Allah yang Maha Pemurah. Dzikir itu seperti dibawah ini.
الْمِيزَانِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
Maha Suci Allah, segala pujian untuk-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Mulia
Semoga bermanfaat untuk kita semua, Aamin....
Source
Sahabat Dzikir
0 Response to "Asmaul Husna Al Malik - Raja yang merajai"
Posting Komentar